Langsung ke konten utama

Persimpangan

Kau dan aku berjalan sebelahan
Tersenyum pada hulu jalan
Bergandengan masing-masing
Meninggalkan kemarin yang asing
Tawa dalam suka
Lara dalam duka, sama
Asa dalam genang senja
Binar membias di mata
Lalu kini, dahan salah satunya patah
Dipisah lidah, selaput antara kita membelah
Beri tahu aku, ini mau Tuhanmu
Tapi aku yang lebih dulu
Jendela kaca pecah, basah dipipi kita sama
Sisanya juga sama, kita sendiri-sendiri menyeka

Bagaimana nasib mengeja kita
Pada titik memisah dua kata.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hari Ketiga Belas

Hari ketiga belas Tak lurus lagi langkahku gemetar puan Pintu-pintu tutup dipagar tuan Juru adil memelas belas Derap langkah di lembar tua buta Tersandung pula di tunggul lapuk kata Terjerembap waras takdir kencur Bernisan tanya ditanam di kubur Ribu do'a basi saja segera diujung jari-jari Di siapa sebenarnya pinta daku diberi

Kamu

Dear, kamu. Yang beberapa hari ini selalu mampir dipikiranku... Tahu tidak? Bahwa sejak hari itu, disela waktuku yang selalu banyak senggangnya ini, setiap beberapa menit sekali aku mengunjungi Tuhanku untuk membincangkanmu. Kami membicarakan banyak hal loh tentang kamu. Seperti tadi misalnya, selepas salat Magrib. Diluar hujan turun dengan derasnya. Gemuruhnya berisik sekali jatuh di atap kosanku. Beberapa saat setelahnya hampa mendera, dan segera saja membuat ruang kosong dalam dadaku, memelan degup jantungku, mengingatmu. Ih! Hujan begitu ya! Tega sekali membuat kita tiba-tiba hilang dalam waktu dan ruang. Kupikir-pikir, daripada aku semakin tenggelam dalam tatanan kosmik yang makin rumit saja dalam kepalaku ini, mengapa tidak kuminta lagi saja ya, Tuhanku untuk mengisahkan lagi perihal kamu itu? Ah! Benar juga! Bergegas aku kabur, berlari merunduk-runduk dibawah malam yang hujan ini. Pilar-pilar yang menghunjam dari langit itu berguguran dipunggungku. Tergesa aku menaiki anak de