Hujan di luar, deras sekali. Aku bergegas menghampiri pintu, memutar gagangnya, lalu segera saja duduk di lantai memandangi rintik-rintik yang jatuh di tanah kering, di rumput tumbuh liar yang mulai menguning.
Bau tanah, bau rumput, yang baru saja bersukacita melonjak-lonjak riang selepas dipeluk lengan-lengan hujan, selalu saja berhasil membawa kita ke tempat-tempat dimana kita pernah berada.
Kini aku hanyut di aliran anak sungai baru yang segera saja tercipta dari genangannya. Terbawa semakin jauh dari sini, hingga akhirnya bermuara di pelupuk mata Ibuku, di basah pipi Nenekku.
Aku rindu.
Komentar
Posting Komentar